Ditengah kesibukan gw yang ga sibuk-sibuk amat ini sungguh sangat sulit untuk mengupdate blog tercinta. So, maafkan penulis blog imut ini yah readers.
Fyi : gw lagi keranjingan main RPF (Role Playing Forum) yang bertemakan kehidupan anak-anak Hogwarts dan yang satu lagi tentang kehidupan anak-anak dewa ala film Percy Jackson. Jadi maafkan kalau postingan kali ini agak-agak tralala trilili kayak buku-buku novel karya penulis amatiran.
Termenung memandangi laptop diatas meja ruang rapat BPPT, gw mengetuk-ngetuk jari sambil memainkan mouse item kecil (untung ga bebulu) disamping gw sambil membuka-buka website-website yang sama sekali ga ada hubungannya sama skripsi gw. *ngelirik takut temen-temen skripsi disebelah*
Gw uda beberapa kali revisi bab 3 skripsi gw dan hasilnya adalah... revisi lagi. Oh my oh my. Kenapa hidup gw penuh dengan revisi? *tsaahh* Beberapa revisi pertama adalah mengenai konten yang ga lengkap, semakin kemari konten-konten bab 3 gw semakin lengkap walau ga semua informasi gw tulis (gw? kami kali va! kami! *plakkk ditabok sil*). Namun eh namun, saat terakhir gw bimbingan, pak dosen imut memberikan revisi yang agak-agak menamparrrrr jiwa ragaku sebagai seorang mantan Editor in Chief sebuah majalah lokal se-HMJ. Kata bapak penulisan gw ga rapi, ga mengalur, dan terlalu teknis. What?! Ya ini kan emang gw harus jelasin mengenai topologi jaringan, kalo ga teknis gimana atuh?
Well well well, tapi apa daya aku hanya seorang mahasiswa cantik dan tak berdaya. Gimana pun juga maksud bapak itu baik, biar skripsi gw kalo dibaca orang awam mereka akan mengerti maksudnya. Jadi, sebagai anak baik, kreatif dan sedang lucu-lucunya ini gw pun mengedit bab 3 bagian penjelasan topologi jaringan sebagai berikut. Enjoy :)
3.2.1 Topologi Jaringan
BPPT, gedung itu berdiri kokoh diantara gedung-gedung pencakar langit yang saling berlomba menerangi Jakarta dengan lampu-lampu kota. Komplek asri yang dihuni oleh dua bangunan saling terhubung ini dihiasi dengan sebuah sungia kecil mengalir yang membatasi dua gedung satu sama lain, ibarat romeo juliet buatan shakespeare yang harus pasrah terhadap nasib yang mempermainkan cinta mereka. Sebuah gambar terpampang pada halaman skripsi ini, lusuh, riweh, penuh dengan cela. Sebut saja gambar hina itu gambar 3.3.
Pada gambar 3.3 dapat dilihat bahwa komputer-komputer di setiap lantai terhubung oleh sebuah hub, benda kotak kecil dengan bolongan-bolongan di satu sisi untuk menyambungkan kabel-kabel LAN dari komputer-komputer usang yang dibeli dengan uang kas negara. Cih, hina. Setelah melewati hub, paket-paket data yang dikirim oleh user lalu diteruskan ke access switch yang tersebar di setiap lantai. Dari access switch, paket data diteruskan menuju distribution switch. Ironi memang, melihat bagaimana access switch menghianati kepercayaan hub dan dengan mudahnya memberitahukan distribution switch semua yang ia ketahui dari hub. Ah, memang benar kata pepatah. Hubungan sepabrik memang sulit dipisahkan.
Memang, distribution switch bukan ipe seorang penyeleweng. Namun kadang disela kepedihan hati dan kekosongan jiwanya, distribution switch sering bercengkrama dengan core switch, sebuah switch tuna susila yang menempati gedung 1 BPPT. Tak anya, gedung 2 pun mempunyai sebuah switch tuna susila lainnya, yang dengar-dengar dari kabar burung bahwa kedua switch tuna susila itu sudah lama berteman. Dasar kumpulan switch hina.
Core, begitu ia akrab dipanggil, akan mengirmkan paket-paket melalui sebuah firewall jika ia ingin mengakses internet. Firewall sang penjaga akan mengecek isi paket tersebut. Layaknya protekom binus yang akan mengeliminasi mahasiswa-mahasiswa yang berpakaian tidak layak untuk masuk ke dalam area kampus. Ah, sungguh membangkitkan kenangan lama penulis saat diusir protekom. Seusai mengecek paket data, firewall lalu mengantarkan paket tersebut ke atasannya di sebuah area teritori yang tidak sembarangan orang dapat masuk, DMZ.
Area DMZ merupakan sebuah area elit cukup sempit yang memiliki beberapa penghuni penting. Sangat disayangkan, hubungan penghuni-penghuni didalamnya tidak bisa dibilang baik. Selama ini hanya firewall lah yang menjembatani komunikasi diantara mereka. Sekalipun ada desas desus yang mengabarkan bahwa ada hubungan spesial diantara Proxy server dan Accelerator, mengingat fungsi mereka saling berhubungan.
Proxy, gadis manja itu, bertugas memberikan ijin akses user ke sebuah website di internet. Sedangkan pria kesepian itu, Accelerator, bertugas memberikan ijin akses website ke user. Berdua mereka saling bekerja sama. Walau tidak pernah mereka berpapasan, layaknya hubungan batin yang kuat, mereka saling mencintai.
Penghuni-penghuni lainnya adalah DNS server, Mail server, dan MRTG (Multi Router Traffic Grapher). Mereka memilki keunikan masing-masing. Mail server menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkirim surat. Ia gemar menyimpan surat-surat dari teman-temannya. DNS server, si tukang gosip, selalu update dengan panggilan-panggilan baru dari website-website yang ada. Padahal kedua orang tua website sudah susah payah memberi mereka nama sesuai dengan aturan pembuatan ip address. MRTG si pemantau tua, dahulu bercita-cita sebagai agen CIA namun gagal karena fungsinya yang tidak terlalu menjangkau banyak aspek. Sekarang ia bekerja sebagai pemantau traffic jaringan yang ada, dengan topi putih dan rompi kuning menyala.
Begitulah mereka, bagian-bagian jaringan dalam topologi yang membentuk sebuah tragedi ironi kehidupan jaringan komputer BPPT masa kini.
.
.
.
xoxo
eVe~
Fyi : gw lagi keranjingan main RPF (Role Playing Forum) yang bertemakan kehidupan anak-anak Hogwarts dan yang satu lagi tentang kehidupan anak-anak dewa ala film Percy Jackson. Jadi maafkan kalau postingan kali ini agak-agak tralala trilili kayak buku-buku novel karya penulis amatiran.
Termenung memandangi laptop diatas meja ruang rapat BPPT, gw mengetuk-ngetuk jari sambil memainkan mouse item kecil (untung ga bebulu) disamping gw sambil membuka-buka website-website yang sama sekali ga ada hubungannya sama skripsi gw. *ngelirik takut temen-temen skripsi disebelah*
Gw uda beberapa kali revisi bab 3 skripsi gw dan hasilnya adalah... revisi lagi. Oh my oh my. Kenapa hidup gw penuh dengan revisi? *tsaahh* Beberapa revisi pertama adalah mengenai konten yang ga lengkap, semakin kemari konten-konten bab 3 gw semakin lengkap walau ga semua informasi gw tulis (gw? kami kali va! kami! *plakkk ditabok sil*). Namun eh namun, saat terakhir gw bimbingan, pak dosen imut memberikan revisi yang agak-agak menamparrrrr jiwa ragaku sebagai seorang mantan Editor in Chief sebuah majalah lokal se-HMJ. Kata bapak penulisan gw ga rapi, ga mengalur, dan terlalu teknis. What?! Ya ini kan emang gw harus jelasin mengenai topologi jaringan, kalo ga teknis gimana atuh?
Well well well, tapi apa daya aku hanya seorang mahasiswa cantik dan tak berdaya. Gimana pun juga maksud bapak itu baik, biar skripsi gw kalo dibaca orang awam mereka akan mengerti maksudnya. Jadi, sebagai anak baik, kreatif dan sedang lucu-lucunya ini gw pun mengedit bab 3 bagian penjelasan topologi jaringan sebagai berikut. Enjoy :)
3.2.1 Topologi Jaringan
BPPT, gedung itu berdiri kokoh diantara gedung-gedung pencakar langit yang saling berlomba menerangi Jakarta dengan lampu-lampu kota. Komplek asri yang dihuni oleh dua bangunan saling terhubung ini dihiasi dengan sebuah sungia kecil mengalir yang membatasi dua gedung satu sama lain, ibarat romeo juliet buatan shakespeare yang harus pasrah terhadap nasib yang mempermainkan cinta mereka. Sebuah gambar terpampang pada halaman skripsi ini, lusuh, riweh, penuh dengan cela. Sebut saja gambar hina itu gambar 3.3.
Pada gambar 3.3 dapat dilihat bahwa komputer-komputer di setiap lantai terhubung oleh sebuah hub, benda kotak kecil dengan bolongan-bolongan di satu sisi untuk menyambungkan kabel-kabel LAN dari komputer-komputer usang yang dibeli dengan uang kas negara. Cih, hina. Setelah melewati hub, paket-paket data yang dikirim oleh user lalu diteruskan ke access switch yang tersebar di setiap lantai. Dari access switch, paket data diteruskan menuju distribution switch. Ironi memang, melihat bagaimana access switch menghianati kepercayaan hub dan dengan mudahnya memberitahukan distribution switch semua yang ia ketahui dari hub. Ah, memang benar kata pepatah. Hubungan sepabrik memang sulit dipisahkan.
Memang, distribution switch bukan ipe seorang penyeleweng. Namun kadang disela kepedihan hati dan kekosongan jiwanya, distribution switch sering bercengkrama dengan core switch, sebuah switch tuna susila yang menempati gedung 1 BPPT. Tak anya, gedung 2 pun mempunyai sebuah switch tuna susila lainnya, yang dengar-dengar dari kabar burung bahwa kedua switch tuna susila itu sudah lama berteman. Dasar kumpulan switch hina.
Core, begitu ia akrab dipanggil, akan mengirmkan paket-paket melalui sebuah firewall jika ia ingin mengakses internet. Firewall sang penjaga akan mengecek isi paket tersebut. Layaknya protekom binus yang akan mengeliminasi mahasiswa-mahasiswa yang berpakaian tidak layak untuk masuk ke dalam area kampus. Ah, sungguh membangkitkan kenangan lama penulis saat diusir protekom. Seusai mengecek paket data, firewall lalu mengantarkan paket tersebut ke atasannya di sebuah area teritori yang tidak sembarangan orang dapat masuk, DMZ.
Area DMZ merupakan sebuah area elit cukup sempit yang memiliki beberapa penghuni penting. Sangat disayangkan, hubungan penghuni-penghuni didalamnya tidak bisa dibilang baik. Selama ini hanya firewall lah yang menjembatani komunikasi diantara mereka. Sekalipun ada desas desus yang mengabarkan bahwa ada hubungan spesial diantara Proxy server dan Accelerator, mengingat fungsi mereka saling berhubungan.
Proxy, gadis manja itu, bertugas memberikan ijin akses user ke sebuah website di internet. Sedangkan pria kesepian itu, Accelerator, bertugas memberikan ijin akses website ke user. Berdua mereka saling bekerja sama. Walau tidak pernah mereka berpapasan, layaknya hubungan batin yang kuat, mereka saling mencintai.
Penghuni-penghuni lainnya adalah DNS server, Mail server, dan MRTG (Multi Router Traffic Grapher). Mereka memilki keunikan masing-masing. Mail server menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berkirim surat. Ia gemar menyimpan surat-surat dari teman-temannya. DNS server, si tukang gosip, selalu update dengan panggilan-panggilan baru dari website-website yang ada. Padahal kedua orang tua website sudah susah payah memberi mereka nama sesuai dengan aturan pembuatan ip address. MRTG si pemantau tua, dahulu bercita-cita sebagai agen CIA namun gagal karena fungsinya yang tidak terlalu menjangkau banyak aspek. Sekarang ia bekerja sebagai pemantau traffic jaringan yang ada, dengan topi putih dan rompi kuning menyala.
Begitulah mereka, bagian-bagian jaringan dalam topologi yang membentuk sebuah tragedi ironi kehidupan jaringan komputer BPPT masa kini.
.
.
.
xoxo
eVe~